Dua Anime Terfavorit dalam Dua Minggu Terakhir, dan Stigma Penyuka Anime

Senang rasanya karena dalam dua minggu terakhir bisa menyaksikan film anime berkualittas tinggi di bioskop lagi. Setelah terakhir kali menonton film anime di bioskop itu pada Maret Tahun 2022 lalu yaitu Jujutsu Kaisen O The Movie, akhirnya di minggu keempat Februari 2023 kemarin, saya bisa bertemu lagi dengan kesukaan saya sejak 20 tahun lalu yakni Slam Dunk.

Film Slam Dunk pertama ini bertajuk “The First Slam Dunk” dengan alur cerita yang maju mundur tapi timeline-nya dimulai saat Tim Basket Shohoku akhirnya memulai debutnya di Interhigh dan berhasil sampai di pertandingan melawan Sanoh, sekolah dengan Tim Basket unggulan yang bahkan sudah sering diulas di berbagai media di Jepang.

Poster resmi Slam Dunk versi Indonesia

Meskipun tokoh utama Slam Dunk adalah Hanamichi Sakuragi, di film ini yang lebih banyak diulas adalah Ryota Miyagi, si Penyerang Cepat Shohoku Nomor 7. Fans termasuk saya yang walaupun mengikuti cerita anime atau manganya mendapat lebih banyak pencerahan tentang latar belakang hidup Ryota di film ini. Ada juga sekilas tentang masa muda pemain favorit saya, Hisashi Mitsui si Three Pointer andalan, yang ternyata sangat ganteng saat SMP, hahaha.

Okeee okee, kembali ke laptop.

Secara desain, sebenarnya kurang lebih sama dengan versi animenya kecuali Haruko yang menurut saya jauh lebih cantik versi anime series-nya dibanding versi movie ini, tapi itu pendapat saya ya. Sedangkan untuk animasinya ya tentu berbeda jauh karana saat ini teknologi dalam film anime atau animasi semakin canggih. Film nya tentu sangat mencekam karena terasa sekali bagaimana mereka berjuang detik demi detiknya, apalagi di saat pertandingan sudah hampir berakhir, saya sampái menahan napas, seisi studio bioskop pun hening. Pokoknya tidak rugi menonton film ini di bioskop karena rasa sentimentil dan emosionalnya jauh terasa. Apalagi bagi para pencinta Slam Dunk sejak dulu.

A movie to remember banget sih ini

Sebagai fans sejak 20 Tahun lalu, mengharukan rasanya akhirnya bisa bertemu lagi dengan cerita Sakuragi dan Rukawa yang sukses membawa bernostalgia ke masa-masa SD-SMP saya. Banyak cerita lucu saya saat dengan berbagai keterbatasan saat itu tetap berupaya menonton Slam Dunk. Haha, menarik dan lucu jika dikenang.

Campur aduk bisa bertemu Rukawa lagi

Okee, lanjut.

Berselang dua minggu setelahnya, saya akhirnya bertemu lagi denga karya terbaru Makoto Shinkai-Sensei yakni Suzume. Seperti karya-karya Sensei yang lainnya, Suzume tentu memiliki desain dan animasi yang mempesona dan membuai mata. Ciri khas Sensei yakni langit penuh warna dan bintang tentu bisa ditemui di beberapa scene. 

Tak perlu diragukan memang, Suzume seperti film pendahulunya punya cerita yang kuat, mengaduk-aduk emosi, dan lagu-lagunya pun sudah familiar terdengar karena sering dipakai sebagai sound konten Instagram tau Tiktok. Wajar saja, Suzume sudah rilis pertama kali di Jepang akhir tahun 2022 lalu dan baru masuk Indonesia Maret 2023 ini.

Poster resmi Suzume di Jepang

Menonton Suzume di bioskop sangat saya rekomendasikan karena makin puas menyaksikan animasi khas Sensei yang makin hari makin real dan sangat detail. Tak sabar rasanya menantikan karya-karya Sensei selanjutnya, penasaran kira-kira berkisah tentang apa lagi ceritanya. Makoto Shinkai sepertinya tidak pernah kehabisan ide karena terbukti bisa menghasilkan karya baru setiap dua tahun sekali. Sangat menginspirasi.

Suzume dan petualangannya yang mengharukan

Masih dalam euforia pasca menonton Suzume, hari ini tanpa sengaja saya melihat sebuah konten di instagram yang isinya menunjukkan video para fans suatu grup musik Jepang yang dalam video itu terlihat begitu terhanyut ikut menyanyikan lagu bersama idolanya sambil berteriak dengan sepenuh hati mengucapkan kata demi kata dari lirik lagu tersebut. Mungkin saking menjiwai dan suka, mereka bahkan terlihat seperti tidak peduli bahwa aksi meraka itu mencuri perhatian dan penilaian banyak orang yang mungkin kurang familiar dengan aksi fans seperti itu. Di Jepang hal tersebut sudah lumrah terjadi dan bukan hal yang aneh di sana, tapi sepertinya tidak untuk di Indonesia.

Hal itu bisa terlihat dari berbagai komentar yang dituliskan dengan tendensius dan tersirat memojokkan para penggemar hal-hal berbau Jepang, tidak terkecuali anime. Istilah wibu pun banyak diucapkan. Secara garis besar, para komentator ini menyematkan stigma kepada para penyuka anime sebagai anti sosial yang hanyut dalam dunia khayalan, tidak jelas masa depannya, dan tidak punya kehidupan selain anime. Mungkin pemikiran seperti itu muncul karena mereka mengamati ada oknum yang bertindak seperti itu di lingkungan meraka, tapi hal tersebut tentu tidak bisa digeneralisasi ke semua penyuka anime.

Masih banyak para penyuka anime yang menyikapi rasa sukanya dengan batasan yang jelas. Banyak yang menjadikan anime itu sebagai sumber inspirasi dan motivasi. Mereka tahu mana yang bisa dipetik untuk diimplementasikan di hidup sehari-hari dan mana yang tidak.

Tanpa bermaksud membela diri sebagai penyuka anime, ada beberapa alasan konstruktif yang membuat saya tetap menyukai anime meski sudah di usia kepala 3 saat ini. 

Pertama, sejak kecil saya suka menggambar dan menikmati karya hasil gambar orang lain. Tentu di sini saya sebagai penikmat terhadap karya yang menurut saya style-nya bagus dan sesuai selera saya. Sering juga karya-karya tersebut jadi inspirasi bagi saya untuk sekedar corat-coret membuat gambar untuk mencurahkan apa yang ada di kepala saya meskipun hasilnya tentu tidak seberapa karena latihan yang jarang bahkan hampir tidak pernah. Tapi saya tidak ingin benar-benar terlepas dari kesenangan menggambar itu. Anime-lah yang selalu membuat saya ingat untuk kembali pada dunia menggambar, sesuatu yang saya cintai sejak kecil.

Kedua, banyak cerita dalam anime yang sangat menginspirasi. Banyak cerita tokoh yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari sehingga pesan-pesan dan semangat yang diucapkan para tokoh tersebut bisa dijadikan penyemangat dan pengingat untuk menjalani hidup yang penuh makna dan bahagia.

Ketiga, anime sering mengingatkan saya pada begitu banyak mimpi yang saya panjatkan saat kecil dulu. Kehidupan saat ini tentu patut saya syukuri tapi masih ada impian masa kecil yang ingin saya wujudkan dan itu menjadi penyemangat tersendiri bagi saya.

Seperti hobbi atau kegemaran lainnya, anime juga bisa memberikan dampak negatif jika tidak disikapi dengan bijak. Itulah perlunya menerapkan batasan diri dan berusaha untuk selalu disiplin pada batasan itu. Dengan demikian, antara tanggungjawab terhadap kehidupan nyata dan kegemaran akan dunia imaginatif akan seimbang. Apalagi jika bekerja di bidang yang membutuhkan imajinasi dan kreativitas tinggi, anime justru sangat membantu karena banyak sumber inspirasi yang bisa digali. 

Jadi, bijaklah dalam menyukai sesuatu. Pun dengan netizen, setiap hobbi memang berbeda. Hanya karena hobbi yang disenangi berbeda jauh dengan orang lain bukan berarti hobbi yang satu lebih rendah dari yang lain. Jadi respect-lah terhadap hobbi masing-masing sejauh tidak ada pihak yang dirugikan dan hobbi itu bisa membuat penikmatnya lebih bahagia, bersemangat, dan produktif.

Jadi, apa hobbi masa kecilmu yang masih bertahan hingga sekarang?

Bahagia rasanya saat setiap hal dari kenangan masa kecil menyambut pulang

Comfort Spot di Sarinah

Kalau ada yang bertanya, “Apa tempat favoritmu di Jakarta?” Maka tanpa pikir panjang saya akan menjawab Sarinah. Pasca ditranformasi, kini Sarinah tidak hanya bisa menjadi pusat belanja dan hang out bagi para pebisnis maupun pekerja di Jakarta, tapi juga bisa jadi tempat healing sekaligus cari inspirasi. Bahkan buat saya pribadi, Sarinah bisa dibilang jadi Comfort Place. Kalau ada istilah comfort food untuk makanan yang bisa membantu kita dalam memperbaiki suasana hati atau menaikkan mood, maka menurut saya perlu ada istilah comfort place juga untuk tujuan yang sama, hehe.

Buat saya, makanan berkuah terutama mie adalah comfort food terbaik, haha

Loh, bukannya Sarinah itu ramai dan berisik karena banyak orang yang belanja atau lalu lalang? Nah, tidak salah juga. Tapi ada satu spot atau tempat yang bisa dijadikan tempat untuk healing tau sekedar self talk di Sarinah, yaitu Rooftop Area.

Rooftop Sarinah

Dengan area terbuka yang cutup luas, pengunjung akan disajikan pemandangan kota khas Jalan Thamrin Jakarta yang megah dengan segala aktivitasnya.

Syahdu ya viewnya

Bahkan pada momen tertentu, aktivitas di persimpangan Jalan Thamrin akan mengingatkan kita pada Shibuya Crossing di Tokyo, Jepang yang terkenal dengan persimpangan yang satgat padat oleh para pejalan kaki. Duh, jadi rindu Shibuya, haha.

Mengingatkan pada Shibuya Crossing nih

Dari atas pengunjung bisa melihat berbagai kendaraan lalu lalang, belum lagi saat langit cerah maka pemandangannya akan terasa lebih sempurna. Selain foto-foto atau ambil content video, bahkan sekedar duduk menikmati view langit dan kota cambial mendengarkan musik dan ditemani se-cup ice cream juga bisa jadi aktivitas yang oke di sini. Bagi para introvert, aktivitas sederhana seperti ini sudah cukup mahal rasanya dan sanggup untuk merecharge energi. Hayoo, siapa kaum introvert di sini?

Tidak diendorse, tapi Pipiltin Cocoa ini enak banget

Tapi jangan berekspektasi tinggi bisa melihat matahari terbenam yang Indah di sini, arena itu tida akan terjadi. Matahari terbenam di sisi yang tertutup dari Sarinah, jadi begitu jelang maghrib maka langat akan langsung gelap. 

Sunsetnya tertutup gedung
Tidak ada sunset, tapi night viewnya tetap oke

Namun, jangan sedih jangan gundah, karena pemandangan transisi dari sore ke night view di sepanjang Jalan Thamrin dilihat dari Roof Top Sarinah ini juga tidak kalah keren. Makanya tak heran kalau banyak yang menikmati momen itu di sini. Selain itu, tak jarang para content creator juga mengambil moment dari roof top ini karena memang view malamnya juga Bagus.

Suasana rooftop Sarinah di malam hari

Rooftop Sarinah di malam hari

Oh ya, agin di roof top ini cukup kencang, jadi membawa jaket atau baju longan panjang bisa jadi alternatif yang Bagus agar sepulangnya dari Sarinah tidak maus angin.

Anginnya kenceng, jadi jangan lupa bawa baju lengan panjang buat opsi

2022, Thanks for Everything!

Tahun 2022 buat saya dimulai dengan serba campur aduk. Rasa lelah karena bekerja nyaris 30 hari nonstop tanpa libur mulai membuat saya hampir eneg tiap dengar kata “pekerjaan/tugas/deadline”. Mungkin buat saya waktu itu adalah masa puncaknya, tidak hanya karena kerja tanpa libur dengan beban kerja dan deadline yang kadang bikin nyut-nyutan, tapi keharusan bekerja dengan waktu terikat 24 jam nonstop merupakan pengalaman pertama buat saya. Tapi selalu ada kali pertama untuk setiap hal bukan? Saya ambil hikmahnya dan anggap itu sebagai pengalaman dan pelajaran berharga. 

Namun, awal 2022 jadi indah dan berbeda dengan lahirnya Syalomitha di tengah keluarga besar kami. Syalom adalah cucu pertama bagi Mama dan Bapak, sekaligus jadi ponakan pertama buat saya. Pulang ke Bandung tiap dua minggu sekali jadi semakin bahagia.

Syalomitha ^^

Tak berselang lama, tepatnya 3 bulan kemudian, Arga pun lahir. Arga adalah cucu kedua Mama dan Bapak, sekaligus ponakan kedua buat saya. Keluarga jadi semakin ramai, Puji Tuhan! Dan tahun 2022 makin happy karena saya berkesempatan bisa pulang kampung dan ketemu Arga setelah sebelumnya hanya lihat via video call, hehehe

Arga ^^

Selain itu, di tahun 2022 juga lebih baik dari sebelumnya karena saya bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan teman-teman lama. Tahun 2022 penuh suka duka yang makin saya kenang makin saya syukuri.

Meskipun tahun 2023 sudah sepekan berlalu, tapi saya akan mulai tahun ini dengan lebih rajin mengisi blog ini setidaknya sebulan sekali, dimulai dengan membuat ulasan The Best of 2022.

Best Book : Filosofi Teras. Buku ini semakin membuka pikiran saya bahwa sangat penting untuk tidak overthinking dan fokus pada hal-hal yang berarti dan penting saja.

Best Anime : Komi Can’t Communicate. Sebenarnya di Tahun 2022 tak banyak anime yang sempat saya tonton, dan Komi ini yang terpanjang rekornya yang hampir tamat saya tonton. Ceritanya juga unik meskipun ya absurd, hahaha

Best Movie : Wakanda Forever. Selain dari sisi cerita dan cinematografinya yang bagus, nonton film ini di CGV Screen X juga membuat pengalaman nonton film ini jadi makin berkesan.

Pengalaman nonton Wakanda Forever di CGV Screen X,
membuat ketagihan nonton film lain di Screen X juga

Best Song : Asmalibrasi. Sebenarnya lagu ini bukan keluaran tahun 2022 tapi 3 tahun sebelumnya. Namun, saya pertama kali mendengar lagu ini di tahun 2022 karena viral di socmed dan langsung jatuh cinta tengan melodinya. Tentu jadi masuk dalam repeat one playlist saya, hahaha.

Best Music Experience : Playlist Festival 0.2. Akhirnya bisa nonton festival musik lagi setelah pandemik. Terakhir kali nonton festival musik ya Playlist Festival 0.1 di Februari 2020. Perasaan haru biru akhirnya bisa jingkrak-jingkrakan offline lagi bersama penyanyi asli di lokasi yang sama.

Best Moment : Kelahiran Syalomitha dan Arga. Pengalaman jadi Ongah dan Mak Tua di tahun yang sama.

Best Place : Still home. Puji Tuhan!

Senang sekali bisa jalan pagi bersama Mama dan bestienya di kampung

Best Gadget : Setelah hampir 4 tahun, akhirnya saya ganti handphone ke merek iPhone, dan sejujurnya ini adalah pengalaman belanja barang terbaik menurut saya. Saya merasa Iphone sangat membantu pekerjaan dan memudahkan banyak hal. Sistemnya ringkas dan apalagi kalau gadget kita satu ekosistem maka hanya dengan airdrop semua dapat diproses dalam hitungan detik. Puji Tuhan!

Puji Tuhan! Semoga di 2023 murah rejeki
dan bisa beli gadget baru buat produktivitas lagi, Amin

Best Trip : Yogyakarta. Akhirnya bisa traveling lagi! Ternyatab trip ke Yogyakarta ini adalah yang pertama setelah terakhir kali saya ke Jogja di tahun 2016! Wow 5 tahun, lama juga yaa, hahaha

Banyak pengalaman berharga, baik suka maupun duka di tahun 2022. Tapi setiap kenangan, sekalipun yang tidak menyenangkan akan menjadi pengalaman dan bagian dari perjalanan hidup.

Tentunya saya berharap tahún 2023 bisa menjadi tahun yang lebih baik, dan saya bisa menjadi the best version of my self. Tidak perlu muluk-muluk, tidak apa-apa sedikit-demi sedikit yang penting hasilnya lebih baik.

Selain itu, banyak ketidakpastian di tahun 2023 yang tentunya kadang membuat cemas, tapi Tuhan pasti yang akan menopang dan selalu menuntun. Amiiiin!!!

So, Tahun 2023, let’s fight and be happy!!!

Amin

Semangaaaat!!

Pertama Kali Nonton Festival Musik Lagi Setelah Pandemik

Kapan kalian terakhir kalinya nonton festival musik atau konser sebelum Pandemik Covid-19 melanda? Kalau saya jawabannya adalah Playlist Festival awal Februari 2020. Waktu itu Covid-19 belum masuk di Indonesia dan bisa dibilang bahkan di Asia Tenggara pun belum terdeteksi sama sekali karena salah satu bintang performernya saat itu adalah MYMP, band ternama asal Filipina. 

Pandemik Covid-19 yang hampir tiga tahun melanda ini tentu membuat banyak orang ingin merasakan kembali kehidupan layaknya saat semuanya masih normal. Salah satu kebiasaan yang hilang setidaknya dalam kurang dari 3 tahun ini adalah konser atau festival musik. Aturan selama pandemik membuat batasan yang cukup ketat terkait aktivitas berkerumun. Alhasil, tak boleh ada kerumunan apalagi konser musik.

Saking ingin merasakan keseruan nonton konser atau festival musik, saya dulu sempat menulis tentang bagaimana saya rindu nonton konser Coldplay. Sekedar informasi (ehem ehem), konser Coldplay adalah konser musisi internasional pertama yang saya tonton di luar negeri. Tentu pengalamannya double ya kan…(Kenangan saya saat menonton konser Coldplay bisa dibaca di linik berikut ya https://everywheretowalk.com/2020/04/08/kenangan-nonton-konser-coldplay-di-bangkok/

Musisi internasional pertama yang saya tonton konsernya adalah Hillsong, band/musisi lagu-lagu rohani yang karyanya tidak main-main bahkan pernah menang Grammy Awards.

Nah, sejalan dengan kondisi pandemik di Indonesia yang sudah sangat membaik, kelonggaran untuk aktivitas berkerumun pun sudah diubah. Di triwulan III Tahun 2022 ini sudah banyak acara konser atau festival musik yang bermunculan. Salah satunya adalah Playlist Festival 2.0. Yap, ini adalah konser yang sama seperti yang saya tonton terakhir kali sebelum pandemik dulu.

Sejujurnya, saya tidak pernah berencana sama sekali nonton Playlist Festival 2.0 di September 2022 lalu di Laswi Heritage. Saya tahu infonya pun tidak disengaja saat lagi scrolling IG stories waktu naik ojek online sepulang dari kantor ke kosan, hahaha (tidak untuk ditiru ya, please maaf). Tapi karena saat itu saya lagi stres dan butuh hiburan, akhirnya tanpa berpikir panjang saya pun langsung pesan tiketnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, hari konsernya pas saat jadwal libur saya. Ya, saya liburnya dua minggu sekali jadi waktu libur itu bagaikan harta karun yang sangat berharga. 

Sudah ala-ala Coachella lah yaa, haha

Ada beberapa alasan kenapa saya ingin menonton Playlist Festival 2.0 ini. Pertama, konsernya di Bandung, di rumah saya, jadi vibes nya akan sangat berbeda dibandingkan dengan di Jakarta yang penuh dengan hustle culture, plus kemana-mana juga mudah dan tidak perlu pusing soal penginapan.

Vibes Bandung memang terbaiks YGY

Kedua, ini adalah Playlist Festival 2.0 yang artinya akan banyak musisi top yang perform. Saya juga ingin membandingkan feel saat nonton Playlist Festival yang pertama dulu dan yang sekarang. 

Feel yang saya rasakan sangat berbeda. Mungkin karena orang-orang, baik musisi maupun penontonnya sama-sama merasakan kerinduan untuk bernyanyi bersama dalam satu moment dan sama-sama bergelut dengan perjuangan masing-masing selama pandemik, jadi rasanya sangat berharga bisa menyaksikan konser dan bernyanyi sepuasnya tanpa peduli suara sumbang (ini saya, karena suara saya sumbang sekali, hahaha).

Tapi karena saya datangnya lumayan sore, jadi tidak sempat menikmati semua stagenya. Beberapa performance yang saya tonton adalah Bondan Prakoso, TBA, Andien, dan Kotak. Meskipun begitu saya tetap merasa puas. Apalagi bisa bernyanyi langsung dengan penyanyi aslinya diiringi musik dan sound system yang nggak main-main memang punya rasa tersendiri.

Kalau nonton festival musik atau konser, saya selalu pilih-pilih musisinya yang memang relevan atau karyanya relate dengan saya. Lagu Bondan yang “Ya Sudahlah” dengan lirik terfamiliar “Everything is Gonna Be Okay” sangat berkesan buat saya karena selain maknanya memang dalam, lagu ini dulu menemani era perjuangan saya untuk lulus kuliah. 

Cause everything is gonna be okaaay

Lagu Andien pun beberapa relate dengan saya seperti “Moving On”, dan ada satu lagi lagu “Let It Be My Way” yang awalnya saya berharap sekali akan dinyanyikan tapi ternyata tidak. Meskipun begitu saya tidak kecewa karena lagu-lagu Andien yang lainnya pun asyik dan suaranya merdu, adem pokoknya.

Gaya Andien di sini Harajuku Style sekali, terlihat seperti anggota JKT48

TBA yang isinya merupakan anak-anak CJR minus Iqbal pun saya sangat suka, apalagi lagu “Terhebat” isinya motivasi semua. Ya, mungkin karena saya memang lagi butuh semangat dan motivasi makanya lagu ini selalu membekas di hati saya.

Bastian Steel sudah sebesar ini ya ampuuun, tandanya saya bertambah tua, haha

Dan terakhir adalah Kotak. Heyyy, siapa yang tidak kagum sama stage performance band satu ini. Bisa menyanyikan lagu “Beraksi” sambil teriak-teriak dan loncat-loncat sepuasnya lumayan bisa jadi stress relieve juga, hahahaha. 

Jujur, nonton konser Kotak bisa jadi stress relieve ampuh

Oh ya, ada satu hal yang lucu saat Playlist Festival 2.0. Karena Laswi Heritage ini terletak di sekitar permukiman, jadi bagi warga yang rumahnya bertingkat dan dekat dengan LH, bisa nonton konser gratis sepuasnya, hahahaha. Tinggal naik ke loteng, singkap gorden, nonton gratis deh, lucu sih ya. Ya saya juga kalau rumah dekat dengan lokasi festival musik begini pasti akan memanfaatkan kesempatan yang ada, ya kan?

Warga sini yang beruntung YGY, hahaha

Selanjutnya, apa saya ingin nonton konser atau festival musik lagi? ABSOLUTELY!!! Saya ingin nonton konser Coldplay lagi, nonton konser Hillsong apalagi. Dan kalau Tuhan kasih kesempatan dan rezeki, saya juga ingin nonton Coachella. Terdengar seperti mimpi, tapi saya optimis tidak ada yang mustahil jika Tuhan berkenan ya kan? Amin.

Kalau dalam waktu dekat ini saya belum punya rencana akan nonton konser atau festival musik lagi karena lumayan pilih-pilih dan waktu juga sangat terbatas. Semoga bisa nonton festival musik lagi ya, nanti akan saya update lagi.

Oh ya, sekedar saran kalau pergi nonton konser atau festival musik di area terbuka, sebisa mungkin bawa jas hujan, payung, dan cover sepatu yang terbuat dari plastik ya. Trust me, it works. 

Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Gob bless you!

 Pulang

Menjadi dewasa itu pilihan. Menjadi dewasa bukan hanya perkara fisik atau jasmni tapi lebih kepada pola pikir dan mentalitas. Seiring bertambahnya usia, kita seperti dibuat terpaksa meninggalkan kesenangan yang kita nikmati pada masa kecil demi kata-kata “sudah dewasa, orang dewasa harus punya prioritas yang lebih penting”. Namun, saya menyadari kalau hal-hal yang kita senangi saat bertumbuh merupakan bagian dari identitas kita. Seakan-akan bagaimana adanya kita saat ini juga andil dari hal-hal yang kita senangi tersebut.

Saya justru menemukan rasa nyaman dan damai saat bisa kembali ke hal-hal yang saya senangi pada masa kecil atau saat bertumbuh dulu. Toko buku, komik TINTIN, menulis, menonton anime, dan menggambar adalah hal-hal yang saya gandrungi saat kecil. Bahkan salah satu mimpi saya untuk mengunjungi negeri Jepang saat sudah punya penghasilan sendiri adalah buah angan-angan polos yang dibuat saat saya SD. Sebelum tidur, sambil menatap poster Captain Tsubasa dan Slam Dunk di dinding kayu kamar di kampung, saya memanjatkan impian itu kepada Tuhan. Puji Tuhan, mimpi itu sudah terwujud.

Beranjak remaja dan dewasa muda, saya mulai mengenal Drama Korea dan boyband/girlband Korea. Saya pun jadi senang variety show Korea dan tertarik dengan keseharian mereka, makanan dan minuman, serta tentunya fashion dan make up mereka. Sesekali saya bahkan mengkhususkan waktu makan-makanan khas Korea dan jadi terbiasa kalau makan harus menggunakan sumpit, hahaha, absurd ya. Cara dan warna pakaian yang saya suka pun jadi agak ke-Korea-Korea-an: warna pastel atau warna yang cerah. Ya, mungkin yang satu ini generalisasi saya saja, haha.

Seiring waktu, saya pun memantik satu angan-agan baru untuk bisa mengunjungi Korea Selatan. Puji Tuhan, mimpi itu pun terjawab lewat kemenangan saya dalam sebuah lomba menulis yang berhadiah jalan-jalan gratis ke Korea Selatan.

Mimpi-mimpi saat saya masih kecil dan bertumbuh dulu yang satu per satu dijawab oleh Tuhan kini jadi penyemangat saya saat mulai jenuh dan lelah dengan keseharian. Tanggung jawab yang semakin bertambah membuat saya terkadang lupa dengan hal-hal yang dulu pernah disenangi. Bahkan saat stress sedang menyerang, tak jarang saya tak punya gairah sama sekali untuk menyentuh hal-hal tersebut. Alasan terakhir lebih pada pola pikir sebenarnya, saya sering berpikir kalau menulis, membaca, atau menggambar akan menguras energi jadi lebih baik saya pakai untuk beristirahat. Namun pada akhirnya, waktu istirahat itu malah saya pakai scrolling social media dan membuat saya tidak menjadi lebih baik.

Belajar dari kesalahan itu, saat akhirnya punya waktu, saya manfaatkan untuk melakukan hal-hal yang saya senangi dulu. Saat bisa mengunjungi toko buku lagi, membaca santai di kafe, menulis jurnal lagi, saya sangat bersyukur bisa merasakan lagi sensasi seolah-olah saya “pulang”. Rasa nyaman dan damai, itulah yang saya rasakan.

My sanctuary, menghabiskan waktu di toko buku selalu menyenangkan.

Saat mudik ke Bandung, saya mengunjungi restoran Korea favorit dan memesan ramyun dan soda Korea. Asyiknya saat menunggu pesanan datang, saya disuguhkan semangkuk odeng. Awalnya tentu bingung karena saya tidak pesan odeng, tapi kata waitressnya odengnya disuguhkan gratis, yeaay, hahaha.

Ramyun favorit

Ke Bandung akan lebih lengkap dengan jalan-jalan pagi santai menikmati taman-taman yang ada. Meski sudah tidak sesejuk dulu, tapi udara pagi di Bandung tetap favorit, apalagi kalau suasananya sedang sepi. Sebagai seorang introvert, inilah recharge yang dibutuhkan. Menikmati alam, suasana yang tenang, dan diri sendiri.

Duduk manis dan menikmati suasana yang tenang.

Besoknya, saya pergi ke toko buku favorit, ada yang bisa tebak dimana? Setelah sejam lebih baca-baca sekilas dan melihat-lihat, tanpa disangka saya menemukan komik TINTIN di pojokan. Saya hampir ingin menangis rasanya setelah ingat terakhir kali beli komik TINTIN itu 10 tahun yang lalu. Waktu itu saya baru lulus kuliah, dan dalam masa mencari pekerjaan. Saya tidak pernah mau bilang kalau masa-masa itu disebut pengangguran, tidak sama sekali. Untuk hal yang satu ini, saya akan ceritakan di tulisan yang berbeda (kira-kira, ada yang tertarik untuk tahu tidak ya? hehehe).

TINTIN, teman bertumbuhku dan harta karun buat anak-anakku kelak. amin

Waktu itu, uang saku saya sangat pas-pasan tapi rasa ingin membaca tuntas TINTIN membuncah, makanya saya tekadkan menyisihkan uang bulanan yang ada. Akhirnya, saya bisa membeli komik TINTIN berkat diskon 30% di toko buku. Setiap punya rejeki lagi, saya bersyukur bisa membeli komik TINTIN lagi, dan bersyukur sekali karena toko buku favorit saya ini selalu rajin memberikan diskon 30% semua buku. Puji Tuhan.

Sekarang 10 tahun berselang, saya bisa memegang komik TINTIN lagi di toko buku dengan versi yang berbeda. Sudah lama sekali punya keinginan membaca TINTIN versi bahasa Inggris, tapi karena dulu tidak punya uang akhirnya urung. Puji Tuhan, sekarang sudah bekerja jadi punya rejeki dan bisa membeli TINTIN English version tanpa harus menunggu diskon. Puji Tuhan sekali lagi.

“Pulang” kali ini bisa dibilang sebagai salah satu bentuk “healing” buatku. Sederhana tapi bermakna. Healing menurutku bukan karena jalan-jalannya tapi perasaan nyaman dan damai di hati.

Menikmati kopi sambil membaca buku dengan santai, Puji Tuhan nikmatnya.

Kalau kamu, apa “pulang” yang ingin kamu lakukan? Share di komentar yaaa!

Bonus foto! Hahaha

Feni dengan style Korea yang digandrunginya, masih cocok kan? Haha

The Greatest Jujutsu Kaisen and CGV Coway

Kalau ada yang tidak berubah dari saya sejak dulu selain masih gendut-gendut aja dan status single, jawabannya ialah “saya pencinta anime”. Saya suka anime sejak belum masuk sekolah hingga sekarang. Mungkin orang melihatnya konyol, seorang perempuan yang harusnya sudah menikah dan punya anak ternyata masih gandrung nonton anime. Hmmm, saya penganut paham jangan jadikan umur sebagai pembunuh hal yag bisa membuat kita bahagia dan berkembang apalagi tidak ada orang yang dirugikan juga. Percayalah, banyak ilmu yang justru saya baru tahu karena nonton anime. Saya juga banyak dapat teman baru karena sama-sama suka anime.

Banyak anime yang ada di top list saya, tapi saat ini, bagi saya Jujutsu Kaisen adalah puncaknya. Tiap tahun selalu ada saja manga atau anime baru, tapi Jujutsu Kaisen sudah jadi bagian hidup saya kurang-lebih hampir 3 tahun ini. Perkenalan saya dengan Jujutsu Kaisen pun tanpa sengaja, teman saya sesame pencinta Haikyuu cerita kalau baru membaca edisi terbaru Jujutsu Kaisen. Cover dan desain karakternya yang cukup unik membuat saya tertarik untuk membaca dan boom! Saya langsung tidak sabar menunggu animenya keluar, saya butuh 6 bulan menunggu sampai episode 1 nya mengudara.

FYI, Jujutsu Kaisen 0 ini adalah prequel dari serial Jujutsu Kaisen,
jadi secara timeline kejadian JJK 0 ini terjadi kira-kira setahun sebelum timeline cerita JJK.

Jadi, jangan heran saat beberapa waktu lalu saya sangat senang saat akhirnya bisa menonton film Jujutsu Kaisen 0 di bioskop. Itu adalah pemutaran perdana di seluruh Indonesia. Karena jadwal film yang saya tonron merupakan jadwal terawal dari seluruh bioskop di Indonesia, alhasil kursi teaternya penuh. Tapi untungnya saya sudah pesan tiket online sebelumnya dan dapat kursi yang terbaik, haha.

Duileh, bahagianya, hahaha

Bukan Cuma saya fans JJK yang antusias. Bahkan banyak yang memakai kaos JJK keluaran UNIQLO mauoun apparel lain. Ada juga yang cosplay jadi Yuuta dan Rika, keren tapi saying saya tidak sempat foto.

Ini adalah Collectible Ticket yang bisa didapat kalau pesan paket combo.
Seru, dapat tiket para karakter utamanya.

Saya tidak akan banyak bercerita tentang filmnya karena sampai tulisan ini terbit, filmnya masih tayang di bioskop. Tentu kurang etis bagi para penggemar yang masih ingin menonton langsung tanpa bocoran. Satu-satunya bocoran yang saya ingin bagikan adalah, tetap duduk sampai credit tittle selesain karena ada scene tambahan di akhir.

Begitu film selesai, seluruh penonton heboh bertepuk tangan karena filmnya memang keren. Ada fanservice scene juga dari salah satu karakter yang punya fanbase kuat di fandom JJK (saya tidak akan sebutkan namanya, intinya sangat worth it, hehehehe).

Oh ya, saya nontonnya di CGV Grand Indonesia dan saya baru tahu ada spot bioskopnya yang berkolaborasi dengan Coway. Ini adalah brand asal Korea Selatan yang bergerak dalam bidang home living alias peralatan elektronik kebutuhan rumah.

CGV x Coway, saya sangat senang lihat desain dan pilihan warnanya.

Desainnya bagus dan cara kerjanya praktis. Selain fungsinya yang sangat memudahkan, tentunya sudut rumah jadi terlihat lebih estetik. Kenapa saya tahu ini? Karena sejak 10 tahun lalu, saya sering nonton iklan Coway yang dibintangi SNSD alias Girls Generation, hahaha.

Air Purifier-nya keren yaaa

Resto kolaborasi CGV dan Coway ini nyaman sekali. Warna-warnanya saya banget, maklum penyuka warna pastel dan hangat, haha. Awalnya saya tidak berencana datang ke resto ini, tapi berhubung mulai lapar dan warna interiornya mempesona, akhirnya saya memutuskan untuk makan siang sambal menunggu film JJK 0 dimulai di resto ini.

Nyaman sekali, suasananya juga sangat mendukung buat membaca atau menulis..
Enak dan langsung kenyang.

Semoga season terbaru JJK bisa datang lebih cepat yaa. Semoga juga ada film kedua dan seterusnya. Sangat tidak sabar dan excited pokoknya, hahaha.

Seperti biasa, ditutup dengan foto random saya ya, hahaha. Sampai jumpa!

Outfit nonton JJK 0, hehehe

Mengakar

Hufft, kata itu yang pertama keluar diiringi muka cemberut saat setelah sekian lama baru berkesempatan membuka blog ini lagi. Luapan rasa kesal dan kecewa pada diri sendiri karena bisa-bisanya menelantarkan blog ini nyaris 5 bulan tak tersentuh. “Sibuk” dan “tidak punya waktu” selalu jadi alasan (sok sibuk sekali). Padahal ya karena kurang diniatkan saja dan tidak pintar mengatur waktu. Penyakit klasik saya, hahaha.

Eits, tapi saya dalam tahap belajar untuk mengatur waktu lebih bijak sekarang.

Tapi selain itu, mungkin saya juga sedang merasakan apa yang disebut orang dengan istilah “demotivasi”. Ini adalah state dimana saya jadi tidak merasa tertarik lagi untuk mengerjakan hal-hal yang dulu menyenangkan buat saya. Saya seperti hilang semangat bahkan untuk hal yang sangat saya gandrungi. Banyak faktornya, mungkin karena kelelahan atau bosan. Tapi, jauh di lubuk hati saya, ingin sekali rasanya mengerjakan berbagai hal seperti dulu lagi saat energi saya sedang banyak-banyaknya. Belakangan, yang ada kadang menggerakkan ujung jari pun berat rasanya.

Sambil menata lagi dari dalam, secara parallel saya pun mencoba mencari lagi semangat dan motivasi dari sekeliling saya. Dimulai dari keluarga dan teman-teman dekat, karena merekalah akar saya. Mereka orang yang melihat saya berkembang, jadi setidaknya mereka tahu dan bisa menilai apa yang membuat saya semangat, apa yang membuat saya bisa bercerita dengan mata berbinar tanpa merasakan lelah sedikitpun.

Mama adalah teman curhat terbaik dan terpercaya sejak saya mengenal apa itu kata “curhat”

Pertemuan dengan teman-teman meski terasa perlahan tapi cukup membantu saya me-recharge kembali energi yang sempat tertidur. Memang tidak kembali persis seperti dulu, tapi setidaknya pikiran dan perasaan saya menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Mereka bagaikan pengingat bahwa saya tidak sendirian di tengah hiruk pikuknya dan sibuknya Ibu Kota ini.

Teman-teman asrama, bertumbuh bersama mereka setiap hari.

Memang benar kata orang bijak, kembali ke akar adalah salah satu cara untuk mengenali diri sendiri dan menikmati kembali hidup yang dulu pernah dinikmati dengan baik.

Mendengar cerita mereka selalu membuat saya bisa menilai hal dari berbagai perspektif

Selain itu, saya juga bersyukur sekali tinggal di kosan bersama teman-teman yang perhatian dengan keunikan cerita masing-masing. Bertemu mereka menjadi oase tersendiri bagi saya. Saya seperti bisa belajar dan melihat dunia lain dari perspektif yang berbeda. Saya tak akan menemukan orang-orang dan pengalaman seperti yang saya lewati bersama mereka kalau tidak tinggal di kosan yang sekarang.

Teman-teman kosan yang sangat perhatian.
Masih ada beberapa orang lagi tapi belum punya foto bareng, soon!

Masih jauh perjalanan yang harus saya tempuh untuk menjadi lebih baik dan masih banyak hal yang harus dipelajari lagi, tapi saya yakin secara perlahan, sedikit demi sedikit, saya akan sampai ke sana dengan cara saya sendiri.

Banyak mendengar, ternyata sangat menyenangkan.

Selalu dekat dengan akar, terlebih lagi memiliki relasi yang baik dengan Sang Pencipta adalah cara terbaik agar saya bisa menikmati lagi semuanya dan meninggalkan stase “demotivasi” ini.

Mereka adalah bagian dari “akar” saya.

Jika kalian yang membaca ini merasa cukup relate dan sedang merasakan hal yang sama, semoga apa yang saya tulis ini bisa sedikit membantu ya. Setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda dan it’s okay untuk beristirahat sejenak dan kembali ke akar. It’s okay untuk bergerak pelan dan tidak terburu-buru. Karena yang paling penting adalah kita bisa menikmati semua proses hidup kita dengan baik dan penuh rasa syukur.

Bisa melihat senja secantik ini saat bersama teman-teman membuat saya merasa lebih bersyukur
apapun keadaan dan tantangan yang ada di masa depan.

Tetap semangat semuanya! Selamat bertemu lagi di tulisan selanjutnya.

Meskipun low resolution karena di-screenshoot dari video
tapi saya sangat suka foto ini. Kali ini tidak ada foto narsis di akhir tulisan hahaha

Sisi Sentimentil SCBD Bagi Saya yang Melankolis

Ini adalah salah satu spot favorit saya di Jakarta.

SCBD, menurut Wikipedia merupakan sebuah distrik bisnis di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Mungkin mirip seperti Silicon Valley kalau di San Francisco Bay Area, California, Amerika Serikat. Belakangan, SCBD ramai diperbincangkan netizen Indonesia karena sebuah trend di Tiktok yang menyebutkan “Mbak SCBD” dengan asesoris dari brand ternama dan lokasi kerjanya di SCBD. Alih-alih membahas trend tersebut, saya justru lebih ingin membahas kenapa saya senang berada di SCBD.

Mari kita mulai.

Perkenalan saya dengan SCBD terjadi di tahun 2017 silam. Saat itu, saya yang jarang sekali ke Jakarta selain urusan dinas ini mau tidak mau harus ke SCBD demi pameran Dunia Ghibli alias The World of Ghibli yang dibuka di Ritz Carlton, Pacific Place, SCBD. Saya sangat gandrung dengan film-film Ghibli dan pameran ini adalah yang terbesar dan pertama di Indonesia. Beruntungnya saat itu sudah ada ojek online, jadi dari Stasiun Gambir saya tinggal langsung duduk manis di ojek.

The World of Ghibli, 4 tahun silam.

Pertama kali melihat SCBD tentu saya takjub, maklum di Bandung apalagi di Simalungun (daerah asal saya) tidak ada area bisnis yang megah seperti SCBD. Anehnya, meskipun Jakarta sangat panas, Kawasan SCBD cukup nyaman karena banyak pohon-pohon dan taman di sepanjang jalanannya.

Inilah alasan kenapa belakangan ini saya dan teman-teman sangat suka jalan santai di SCBD setiap punya kesempatan untuk olahraga bersama. Tak hanya kami, banyak orang dari berbagai penjuru pun datang untuk berolahraga di SCBD. Ada freeletics, bersepeda, sepatu roda, skateboard, lari, senam, bahkan yoga ala-ala. Saat pagi udaranya sangat sejuk, karena banyaknya pepohonan rindang dan taman yang sangat terawat. Bikin betah.

Nyamannya olahraga santai di SCBD

Selain itu, ada Ashta 8 di SCBD dimana ada gerai kopi asal Jepang yang terkenal itu dan ada gerai pastry yang sempat viral juga karena enak dan harganya cukup terjangkau. Tak jauh dari Ashta, ada GrandLucky, supermarket asal Korea Selatan yang sangat lengkap dan jadi incaran orang-orang sehabis olahraga pagi.

Salah satu taman tersembunyi di SCBD
Bahkan ada kandang burungnya, haha
Kopi yang terkenal itu di Ashta 8

Cukup bicara SCBD saat pagi.

Saat malam, SCBD terlihat sangat megah dengan lampu-lampu hampir di tiap gedung pencakar langitnya.

How cool!

Oh ya, ada satu Japanese restaurant dengan gaya bangunan yang sangat khas dan terlihat sangat cantik dengan lampu-lampunya di malam hari. Saya dan teman-teman punya rencana ke sana suatu saat nanti di malam hari, kalau jadwal kerja kita memungkinkan, maklum masing-masing punya jadwal berbeda hahaha (sok sibuk)

saya lupa taruh dimana foto versi malamnya, maaf.

Bisa dibilang, bagi saya menghabiskan waktu di SCBD itu semacam terapeutik. Tak perlu nongkrong atau jajan, hanya jalan santai di antara taman dan pepohonannya sambil menyaksikan orang-orang hanyut dalam aktivitas masing-masing sudah lebih dari cukup.

SCBD yang prestise untuk jiwaku yang melankolis

Tak sabar untuk ekslplor SCBD lebih banyak lagi, karena pasti masih ada cerita lain dari sisi SCBD yang menarik dan seru untuk dibahas. Tunggu ya.

Maaf narsis, haha

Akhirnya Mengurus Paspor Lagi, Kali ini di Masa Pandemik

Setelah tertunda hampir satu tahun, akhirnya saya memutuskan ke Kantor Imigrasi untuk mengurus pergantian paspor. Masa berlaku paspor lama saya sebenarnya sudah habis per Agustus 2020 lalu, tapi karena masih suasana pandemik, saya memutuskan belum perlu mengurus pergantiannya. Selain itu, sayang-sayang saja rasanya kalau sudah mengurus paspor tapi setahun akan berlalu begitu saja tanpa dipakai sama sekali. Yang ada, masa berlaku paspor akan terpangkas tanpa ada pengalaman traveling yang berarti. Hiks.

Namun, karena keperluan dokumen pekerjaan, mau tidak mau saya harus mengurus pergantian paspor. Dibandingkan dengan saat mengurus paspor pertama kali pada tahun 2015 silam yang semuanya masih serba manual, kali ini pengambilan jadwal pengurusan paspor sudah bisa dilakukan secara online lewat aplikasi “Layanan Paspor Online”. Aplikasinya bisa didownload di playstore (bagi pengguna android). Setelah itu, harus baca ketentuannya dulu ya, baru lanjut terus mendaftar sesuai dengan data yang valid. Lalu, tinggal ambil jadwal pengurusan dengan memilih kantor imigrasi yang diinginkan. Artinya, pengurusan tetap bisa dilakukan meskipun alamat di KTP berbeda dengan tempat tinggal saat ini, karena semua sudah online dan terpusat.

Quota untuk jadwal pengurusan paspor akan dibuka per hari Jumat pukul 14.00, jadi rajin-rajin refresh aplikasinya biar nanti kebagian quota. Apa saja syarat dokumen yang dibutuhkan, semua diuraikan dengan lengkap di aplikasi, jadi semua serba mudah dan praktis. *Oh ya, karena saya tidak mengambil foto terkait pengurusan paspor, maka saya akan sisipkan foto-foto kenangan sejauh mana paspor lama tercinta telah membawa saya pergi.

Paspor lama saya masih banyak yang kosongnya. Ya iyalah ya, total ada 48 halaman. Ada perasaan haru dan mellow saat menatap paspor lama saya yang harus pensiun. Selama kurun waktu 5 tahun itu, saya hanya menggunakan paspor sebanyak 3 kali. Pertama kali saat ke Jepang di tahun 2016, kedua saat ke Thailand dan Malaysia di tahun 2017, dan terakhir saat ke Korea Selatan di tahun 2019. Tentu saja tadinya sudah ada angan-angan agar tahun 2020 bisa pakai paspor lagi minimal sekali lagi. Tapi kondisi sudah sangat tidak mendukung karena pandemik, sedih pastinya.

Nara Park di Jepang. Taman yang indah dan menenangkan.
Seru-seruan di Tokyo Disneysea

Saya sendiri tidak terlalu terobsesi untuk sering-sering ke luar negeri, selain karena keterbatasan dana, durasi cuti tahunan juga terbatas. Jadi, prinsip saya, sekali setahun bisa ke luar negeri sudah sangat-sangat-sangat bersyukur. Bagi saya, traveling ke luar negeri itu sangat bermakna karena bisa melihat dunia luar, bagaimana alam di sana, bagaimana budaya dan kebiasaan di negara orang, bagaimana berinteraksi dengan warga lokalnya, hingga mencoba berbagai makanan, hiburan, dan hal-hal menarik lainnya. Membayangkannya saja sudah bikin hati bahagia! Tak sabar bisa jalan-jalan lagi. Huhuhu.

Big Budha di Phuket, Thailand
Kawasan yang jadi lokasi shooting film The Beach yang dibintangi Leonardo Dicaprio di Phi Phi Islands, Thailand.

Jadi, tentu saja harapan dengan adanya paspor baru ini, saya bisa mengunjungi negara-begara baru di masa yang akan datang. Baik itu karena urusan pekerjaan, traveling bersama teman-teman, atau bahkan menang lomba berhadiah jalan-jalan lagi seperti 2 tahun lalu. Amin ya Tuhan *berdoa kencang

Cantiknya Pegunungan di Seoraksan, Korea Selatan.
Pulau Nami yang jadi lokasi shooting Winter Sonata. Ps: Saya senang sekali bisa capture suasana ini loh,
karena mirip poster drama Korea, hahaha

Semoga pandemik ini segera berlalu ya. Kalaupun tidak bisa selesai 100%, semoga saja ada sistem traveling baru yang tetap aman dan memudahkan para traveller sehingga tetap bisa jalan-jalan dengan menjalankan protokol kesehatan yang baik.  Jujur saja, badan kayak berasa sakit dan pegal karena hampir dua tahun tidak bisa jalan-jalan lagi. Traveling itu ampuh memberikan persepektif, energi, dan semangat baru buatku. Memang harusnya jangan menjadikan itu sebagai excuse, tapi tetap akan berbeda rasanya dan lebih bersemangat lagi apabila bisa jalan-jalan lagi. Semoga ya, amin!

Tahun 2020 yang Jungkir Balik

Seharusnya, tulisan ini lebih cocok jika dipublikasikan sebelum akhir tahun lalu. Tapi, akhir tahun lalu saya harus mengikuti berbagai rangkaian kegiatan keluarga yang cukup penting sembari masih menjalankan Work from Home. Saya sangat bersyukur bisa melewati tahun 2020 yang penuh tantangan. Tanpa saya rinci pun, masing-masing dari kita punya pergumulan tersendiri di tahun 2020. Semua berkaitan dengan pandemic Covid-19.

Sebagian besar waktu saya pada tahun 2020 habis di rumah saja, baik itu bekerja maupun menahan diri untuk tidak banyak beraktivitas di tempat-tempat ramai. Apakah banyak yang saya lewatkan? Tentu saja. Semua serba terbatas, banyak rencana yang ingin dilakukan terpaksa batal. Kecewa? Tentu ada rasa kecewa, tapi tetap harus bersyukur karena saat ini yang terutama adalah kesehatan diri kita sendiri dan keluarga yang kita cintai.

WFH situation

Saya tetap memandang tahun 2020 sebagai tahun yang penuh pengalaman. Oleh karena itu, saya akan merinci beberapa hal yang bisa saya golongkan kepada “best things in 2020”. Ini juga sebagai bentuk refleksi bagi saya agar tetap bersyukur, tetap semangat memperbaiki diri, dan terus melakukan yang terbaik ke depannya.

Jadi, beginilah kurang lebihnya:

Best Book : Dreams are Made of A Box OF Crayons by Naela Ali. Buku ini sangat relate dengan kehidupan saya. Apa yang diceritakan oleh Naela dalam bukunya, tentang kehidupan dan kebiasaan masa kecilnya serta mimpi-mimpinya secara garis besar hampir sama dengan yang saya miliki. Bedanya, Naela mewujudkannya, sementara saya meninggalkannya karena dulu saya masih terombang ambing dan tidak yakin mau jadi apa saat dewasa nanti. Tapi saya yakin tidak ada kata terlambat untuk meraih mimpi sejauh kita punya niat dan tekad yang kuat. Tentunya dengan berkat dari Tuhan.

Best Anime : Fugou Keiji Balance Unlimited. Saya sangat suka cerita tentang detektif yang penuh misteri dan tidak bisa ditebak jalan ceritanya. Apalagi dua pemeran utamanya, duo detektif Daisuke dan Haru punya chemistry yang sangat kuat.

Best Movie : Kimetsu No Yaiba Infinity Train. Ahh, perasaan saya campur aduk. Memang ini film anime, tapi plot dan pesan di dalamnya bukan kacangan.

Oh ya, salah satu yang asyik di 2020, Uniqlo merilis edisi khusus Kimetsu no Yaiba.

Best Song : Future by Red Velvet. Bukan karena saya suka K-Dram-nya, tapi karena lagu ini memang punya music yang enak didengar dan liriknya pun dalam, membuat yang mendengarnya menjadi semangat dan optimis akan masa depan. Plus, saya sangat suka girlband Red Velvet.

Best Sport Experience : Menonton langsung Proliga. Akhirnya, keinginan saya sejak zaman SMP bisa terpenuhi, Puji Tuhan. Menonton pertandingan voli paling bergengsi dengan level tertinggi di Indonesia memang memberikan pengalaman dan kesan berbeda jika ditonton langsung di stadion.

Best Writing Experience : Saat Natal kemari, salah satu fandom international yang saya ikuti membuat event, jadi saya harus menulis sebuah cerpen sesuai dengan clue yang diinginkan anggota yang lainnya. Hasil tulisan saya itu menjadi kado Natal bagi anggota lain yang dipilih secara acak. Ya, seperti acara tukar kado.

Best Work Experience : Ternyata Work from Home itu ada plus-minusnya ya. Pandemik mengharuskan kami work from home. Oh ya, selain itu saya juga lulus sebuah ujian di kantor, Puji Tuhan.

Best Moment : Kakak perempuan saya dapat melangsungkan pernikahannya meski di tengah pandemic dengan lancar dan aman. Oh ya, saya juga membantu jadi fotografer saat prewedding kakak saya, ternyata cukup seru. Selain itu, saya juga ternyata cukup berbakat, haha.

Ini aslinya di jalan umum tapi saat pagi jadi masih sepi

Prewedding no budget karena pakai smartphone saja.
Ini di pinggi jalan di kawasan Dago Pakar
Ini kuncinya di angle karena kolam yang brasa-biasa saja bisa terlihat unik.
Masih hasil ngulik angle, karena ini aslinya cuma jalan setapak biasa.

Best Place : Rumah yang penuh dengan keluarga tercinta.

Home Sweet Home

Best Gadget : Akhirnya harus ganti laptop karena laptop lama sudah tidak support, maklum usianya sudah 8 tahun. 

Best Trip : Pulang kampung saat Natal kemarin.

Hanya bisa mengucap Puji Tuhan

Oh ya, saat akan pulang kampung maupun sebelum akan kembali lagi ke perantauan, persiapan yang harus saya lakukan memang sangat berbeda dari sebelumnya. Saya harus test swab antigen di lab karena tidak memungkinkan mengantre di bandara dari subuh saat itu. Tapi demi Kesehatan keluarga, mengeluarkan uang lebih banyak dari biasanya juga tidak apa-apa. Ingat, kesehatan keluarga kita lebih mahal harganya. 

Saya tetap optimis tahun 2021 bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Salah satu resolusi saya di tahun 2021 adalah ingin lebih aktif berolahraga meskipun hanya di sekitar rumah saja. Selain itu, saya juga ingin lebih rajin memasak sendiri di rumah, jadi tidak sering-sering order makanan secara online lagi. Semoga bisa terlaksana. 

Tortila low budget
Jus jambs untuk 2021 yang lebih sehat

Semoga tahun 2021 kita lebih cerah dan lebih baik. Semoga semakin banyak prestasi dan kebaikan yang senantiasa menyertai kehidupan kita sehari-hari. Viva 2021!

Tuhan memberkati tahun 2021 yang penuh harapan. Amin