Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengunjungi Singapura. Tujuan utamanya mungkin terdengar mainstream, ya untuk nonton konser Coldplay. Namun, dalam perjalanan singkat ini, banyak hal berkesan yang saya alami, terlepas dari begitu menyenangkannya konse Coldplay.
Sejujurnya, ini bukan pertama kali saya menginjakkan kaki di Singapura. Pertama kali yaitu pada April 2017 saat transit menuju Phuket, Thailand. Namanya transit, saat itu kami hanya stay di ruang tunggu bandara, jadi tidak jalan-jalan sama sekali. Oleh karena itu, kali kedua ini, meski waktu yang saya punya juga tidak banyak, saya ingin memaksimalkan bisa mengunjungi beberapa tempat.
Satu hal yang mencuri perhatian saya selama di Singapura adalah: saya menyadari bahwa banyak orang tua yang dipekerjakan dalam sektor hospitality. Ini mulai saya sadari saat melihat banyak orang tua menjadi petugas kebersihan di Terminal 4 Bandara Changi, dimana saya mendarat. Mulai dari petugas kebersihan toilet sampai kebersihan lounge, banyak orang tua yang bertugas. Saat itu, saya masih sempat meragukan hipotesis saya, ahh mungkin kebetulan saja, saya pikir.
Namun, hipotesis ini makin kuat saat saya menjajal Jewel, Changi. Di Jewel, saya hampir mengelilingi seluruh lantai, mulai dari dasar sampai rooftop karena penasaran ingin tahu apa saja yang ada. Di sini pun saya bertemu lagi dengan beberapa petugas orang tua. Kalau di Terminal 4 saya bertemu dengan beberapa orang tua Chinese, di Jewel saya bertemu beberapa orang tua India. Mereka ada yang bertugas di bagian kebersihan, ada yang di bagian informasi. Saya bahkan berbincang dengan mereka saat menanyakan jam berapa Rain Fortex yang terkenal itu mulai turun. Dengan sangat ramah dan bijaksana, Bapak Petugas India ini menjelaskan ke saya bahwa di hari Senin-Kamis biasanya dioperasikan jam 11.00 Waktu Singapura, sementara di hari Jumat, Weekend atau hari libur lainnya biasanya mulai dibuka dioperasikan pukul 10.00.
Selepas dari Jewel, saya menuju Stasiun MRT karena tujuan saya selanjutnya adalah Marina Bays. Saya akan mengunjungi Arts Science Museum yang tidak jauh dari Marina Bay Mall karena memang ada dalam Kawasan Marina Bay. Di stasiun MRT yang saya singgahi pun banyak petugas orang tua yang berdinas, mulai dari petugas informasi sampai security. Di sini saya bertemu dengan Orang Tua Kaukasian, dan saya juga sempat berbincang saat menanyakan jalur mana yang saya naiki jika ingin menuju Bayfront.
Di Marina Bay Mall, saya juga melihat banyak orang tua yang bekerja sebagai security atau petugas kebersihan. Selama di Marina Bay Mall, banyak hal menarik sih seperti perahu yang didayung dalam kanal dalam mall, air terjun dalam mall, dan berbagai sudut mall yang wah. Banyak brand terkenal juga yang baru pertama saya lihat storenya. Seperti Lululemon, brand pakaian olahraga mahal ini setahu saya belum ada store offlinenya di Indonesia.
Saya tak lama di dalam mall karena tidak ada yang ingin saya beli juga, hahaha. Saya langsung menuju Artscience Museum yang ada di seberang mall. Sepanjang jalan kaki menuju Gedung museum, saya melihat Merlion di kejauhan. Sungguh ya, Singapura ini merupakan negara kecil sama-sama di ASEAN, tapi nuansanya sangat berbeda dari negara sesame ASEAN lainnya. Gedung-gedungnya megah dan futuristic.
Saat di dalam Artsience Museum, saya bertemu lagi dengan petugas orang tua yang menjadi petugas museumnya. Artscience Museum ini terdiri dari berbagai tema exhibition, tapi karena keterbatasan waktu, saya hanya memilih 1 exhibition yaitu Eden. Saya beli tiket masuknya di aplikasi tiket.com dengan harga sekitar Rp200.000 (ini tidak diendorse loh). Saya memilih beli di aplikasi karena lebih mudah, murah, dan saya punya kupon potongan TO DO juga jadi lebih murah lagi harga akhirnya, hehehe. Selama di museum, para petugas yang juga kebanyakan orang tua sangat ramah dan helpful.
Setelah puas keliling-keliling menikmati karya yang dipajang di museum, saya pun bersiap menuju National Stadium untuk konser Coldplay (seputar Konser Coldplay akan saya bahas terpisah ya). Dan di konser Coldplay pun lebih dari setengah petugasnya adalah para orang tua loh, saya salut sekali.
Karena penasaran, saya pun bertanya tentang hal ini ke teman-teman saya yang biasa ke Singapura. Menurut mereka, pengamatan saya memang benar adanya. Di Singapura, orang tua bahkan manula masih diberi kepercayaan bekerja dan kebanyakan memang di sektor hospitality. Ini karena selain biaya hidup yang memang tidak murah di Singapura, juga karena budaya kerja produktif yang sudah kental tertanam di masyarakat Singapura. Makanya, jarang ada orang tua yang santai-santai di siang bolong. Saya juga cari bererapa referensi berita terkait hal ini, dan ternyata benar. Salah satu berita yang saya baca adalah di link ini, silakan dibaca ya. (https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3579963/mengapa-banyak-manula-masih-bekerja-di-singapura
Sejujurnya, masih banyak lokasi lain yang ingin saya jelajahi di Singapura. Akses yang mudah dari satu tempat ke tempat lain jadi daya tarik utama para wisatawan di Singapura. Semoga bisa segera kembali lagi ya, see you soon Singapura.