Menjadi dewasa itu pilihan. Menjadi dewasa bukan hanya perkara fisik atau jasmni tapi lebih kepada pola pikir dan mentalitas. Seiring bertambahnya usia, kita seperti dibuat terpaksa meninggalkan kesenangan yang kita nikmati pada masa kecil demi kata-kata “sudah dewasa, orang dewasa harus punya prioritas yang lebih penting”. Namun, saya menyadari kalau hal-hal yang kita senangi saat bertumbuh merupakan bagian dari identitas kita. Seakan-akan bagaimana adanya kita saat ini juga andil dari hal-hal yang kita senangi tersebut.
Saya justru menemukan rasa nyaman dan damai saat bisa kembali ke hal-hal yang saya senangi pada masa kecil atau saat bertumbuh dulu. Toko buku, komik TINTIN, menulis, menonton anime, dan menggambar adalah hal-hal yang saya gandrungi saat kecil. Bahkan salah satu mimpi saya untuk mengunjungi negeri Jepang saat sudah punya penghasilan sendiri adalah buah angan-angan polos yang dibuat saat saya SD. Sebelum tidur, sambil menatap poster Captain Tsubasa dan Slam Dunk di dinding kayu kamar di kampung, saya memanjatkan impian itu kepada Tuhan. Puji Tuhan, mimpi itu sudah terwujud.
Beranjak remaja dan dewasa muda, saya mulai mengenal Drama Korea dan boyband/girlband Korea. Saya pun jadi senang variety show Korea dan tertarik dengan keseharian mereka, makanan dan minuman, serta tentunya fashion dan make up mereka. Sesekali saya bahkan mengkhususkan waktu makan-makanan khas Korea dan jadi terbiasa kalau makan harus menggunakan sumpit, hahaha, absurd ya. Cara dan warna pakaian yang saya suka pun jadi agak ke-Korea-Korea-an: warna pastel atau warna yang cerah. Ya, mungkin yang satu ini generalisasi saya saja, haha.
Seiring waktu, saya pun memantik satu angan-agan baru untuk bisa mengunjungi Korea Selatan. Puji Tuhan, mimpi itu pun terjawab lewat kemenangan saya dalam sebuah lomba menulis yang berhadiah jalan-jalan gratis ke Korea Selatan.
Mimpi-mimpi saat saya masih kecil dan bertumbuh dulu yang satu per satu dijawab oleh Tuhan kini jadi penyemangat saya saat mulai jenuh dan lelah dengan keseharian. Tanggung jawab yang semakin bertambah membuat saya terkadang lupa dengan hal-hal yang dulu pernah disenangi. Bahkan saat stress sedang menyerang, tak jarang saya tak punya gairah sama sekali untuk menyentuh hal-hal tersebut. Alasan terakhir lebih pada pola pikir sebenarnya, saya sering berpikir kalau menulis, membaca, atau menggambar akan menguras energi jadi lebih baik saya pakai untuk beristirahat. Namun pada akhirnya, waktu istirahat itu malah saya pakai scrolling social media dan membuat saya tidak menjadi lebih baik.
Belajar dari kesalahan itu, saat akhirnya punya waktu, saya manfaatkan untuk melakukan hal-hal yang saya senangi dulu. Saat bisa mengunjungi toko buku lagi, membaca santai di kafe, menulis jurnal lagi, saya sangat bersyukur bisa merasakan lagi sensasi seolah-olah saya “pulang”. Rasa nyaman dan damai, itulah yang saya rasakan.

Saat mudik ke Bandung, saya mengunjungi restoran Korea favorit dan memesan ramyun dan soda Korea. Asyiknya saat menunggu pesanan datang, saya disuguhkan semangkuk odeng. Awalnya tentu bingung karena saya tidak pesan odeng, tapi kata waitressnya odengnya disuguhkan gratis, yeaay, hahaha.

Ke Bandung akan lebih lengkap dengan jalan-jalan pagi santai menikmati taman-taman yang ada. Meski sudah tidak sesejuk dulu, tapi udara pagi di Bandung tetap favorit, apalagi kalau suasananya sedang sepi. Sebagai seorang introvert, inilah recharge yang dibutuhkan. Menikmati alam, suasana yang tenang, dan diri sendiri.

Besoknya, saya pergi ke toko buku favorit, ada yang bisa tebak dimana? Setelah sejam lebih baca-baca sekilas dan melihat-lihat, tanpa disangka saya menemukan komik TINTIN di pojokan. Saya hampir ingin menangis rasanya setelah ingat terakhir kali beli komik TINTIN itu 10 tahun yang lalu. Waktu itu saya baru lulus kuliah, dan dalam masa mencari pekerjaan. Saya tidak pernah mau bilang kalau masa-masa itu disebut pengangguran, tidak sama sekali. Untuk hal yang satu ini, saya akan ceritakan di tulisan yang berbeda (kira-kira, ada yang tertarik untuk tahu tidak ya? hehehe).

Waktu itu, uang saku saya sangat pas-pasan tapi rasa ingin membaca tuntas TINTIN membuncah, makanya saya tekadkan menyisihkan uang bulanan yang ada. Akhirnya, saya bisa membeli komik TINTIN berkat diskon 30% di toko buku. Setiap punya rejeki lagi, saya bersyukur bisa membeli komik TINTIN lagi, dan bersyukur sekali karena toko buku favorit saya ini selalu rajin memberikan diskon 30% semua buku. Puji Tuhan.
Sekarang 10 tahun berselang, saya bisa memegang komik TINTIN lagi di toko buku dengan versi yang berbeda. Sudah lama sekali punya keinginan membaca TINTIN versi bahasa Inggris, tapi karena dulu tidak punya uang akhirnya urung. Puji Tuhan, sekarang sudah bekerja jadi punya rejeki dan bisa membeli TINTIN English version tanpa harus menunggu diskon. Puji Tuhan sekali lagi.
“Pulang” kali ini bisa dibilang sebagai salah satu bentuk “healing” buatku. Sederhana tapi bermakna. Healing menurutku bukan karena jalan-jalannya tapi perasaan nyaman dan damai di hati.

Kalau kamu, apa “pulang” yang ingin kamu lakukan? Share di komentar yaaa!
Bonus foto! Hahaha
