Merasakan Ramadhan untuk Pertama Kalinya di Korea Selatan

Tak terasa sudah masuk bulan puasa Ramadhan lagi ya! Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan untuk yang menjalankannya. Saya seorang nonmuslim tapi karena tumbuh dan besar di Indonesia dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam membuat suasana bulan Ramadhan juga memberikan nuansa tersendiri bagi saya. Lingkungan saya hampir semuanya menjalankan ibadah puasa, saya pun jadi ikut belajar menahan diri agar tidak mengganggu ibadah mereka.

Meskipun tidak puasa, tapi saya juga sering ikut serta merasakan sebagian tradisi masyarakat Indonesia saat Ramadhan. Sebut saja munggahan alias makan bersama untuk menyambut bulan puasa, buber alias buka bersama (meskipun tidak sahur dan tidak puasa tapi ikut berbuka puasanya, hahaha), mendapat THR dari kantor (puji Tuhan), mendapat bingkisan kue-kue kering, sampai tentunya jajan berbagai penganan khas Ramadhan seperti kolak, sop buah, dan jajanan lainnya.

Bahkan saat masih kecil dulu, di hari-hari tertentu, saya bersama adik dan Bapak sering main ke rumah tante, adik Bapak saya, yang merupakan muslim dan menjalankan puasa. Dia selalu memasak banyak makanan untuk buka puasa dan memanggil kami untuk ikut makan bersama. Apalagi saat malam takbiran, tante akan memasak jauh lebih banyak dan beraneka ragam. Di Hari Raya Idul Fitri, mereka sekeluarga akan datang ke rumah kami dengan membawa banyak makanan. Kami sekeluarga akan makan bersama dan diakhiri dengan prosesi maaf-maafan. Meskipun berbeda, tapi kami hidup dalam kebersamaan dan kekeluargaan yang kental.

Pengalaman dan nuansa yang dirasakan teman-teman muslim tentu sangat berbeda karena memang yang menjalankan puasa dan berbagai rangkaian ibadah selama bulan Ramadhan. Tapi, nuansa bulan Ramadhan yang sangat kental sudah menjadi tradisi dan bagian hidup masyarakat Indonesia yang sangat beragam.

Dulu saya sering bertanya, bagaimana ya nuansa Ramadhan di negara-negara yang berbeda dengan Indonesia? Bagaimana suasana Ramadhan di Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, Australia, Inggris, India, dan berbagai negara lainnya? Seiring berjalan waktu, berbagai negara pun mulai mengimplementasikan wisata moslem friendly alias wisata yang ramah bagi muslim. Dimulai dengan menyediakan tempat-tempat ibadah seperti musala beserta fasilitasnya, membuka rumah-rumah makan halal, dan lain sebagainya.

Makanya, tahun 2019 lalu, saya sangat beruntung saat berkesempatan traveling ke Korea Selatan tepat saat akan memasuki bulan puasa, saya cukup excited. Saya memenangkan sebuah kompetisi menulis yang hadiahnya jalan-jalan ke Korea Selatan. Di rombongan kami yang berjumlah 8 orang, hanya saya yang tidak berpuasa. Saya benar-benar ingin mengetahui bagaimana suasana bulan puasa Ramadhan di Korea Selatan.

Suasana kawasan muslim di Itaewon, Seoul

Puasa di Korea Selatan dimulai maksimal pukul 4 subuh dan berakhir pukul 7.30 setiap malamnya. Cukup panjang jika dibandingkan dengan di Indonesia. Selain itu, jika diperhatikan di beberapa pusat turis atau wisata, tidak ada perubahan atau nuansa Ramadhan yang signifikan, kecuali di daerah Itaewon, Seoul.

Jalan menuju masjid utama di Itaewon, menaranya langsung terlihat.

Itaewon memang dikenal sebagai kawasan muslim di Seoul. Di sini terdapat salah satu masjid terbesar di Korea Selatan yang bernama Seoul Central Masjid. Masjid ini sangat strategis dan mudah ditemukan karena kubah dan menaranya, serta letaknya yang memang di kawasan ramai dan di tepi jalan.

Kawasan Seoul Central Masjid dari tampak dekat.

Begitu masuk ke kawasan masjid ini, terpampang aturan atau tata tertib memasuki masjid, seperti pakaian tertutup, dan lain sebagainya. Di dalam kawasan masjid ini juga terdapat sekolah khusus muslim. Nuansa masjid ini sangat syahdu, apalagi saat senja karena berlatar matahari terbenam.

Memasuki kawasan masjid.
Panduan dan tata tertib saat berada di dalam masjid.

Kebanyakan jamaah yang datang untuk sholat tampaknya berasal dari Timur Tengah, Turki, India, Malaysia, dan Indonesia. Begitu masuk ke kawasan ini, sampai ke depan masjid, suasananya sangat mirip dengan suasana masjid di Indonesia pada umunya, bedanya hanya jamaahnya yang sangat beragam ras antarbangsa.

Salah satu sisi masjid.

Saat itu, teman-teman saya menunaikan sholat tarawih pertama. Mereka terlihat campur aduk. Tentu saja, ibadah puasa yang biasanya dilaksanakan bersama keluarga dan di tengah suasana yang sangat familiar, kini harus dilakukan di negara asing. Saya menjaga barang-barang mereka di luar masjid, sambil mengabadikan gambar masjid dari berbagai angle. Bagi saya pun, pengalaman seperti ini sangatlah berharga dan sangat langka.

Keindahan Seoul Central Masjid dari jepretan kamera saya sambil jaga barang teman-teman, haha

Begitu selesai tarawih, kami berjalan untuk makan malam di sebuah restoran Malaysia. Ya, di sepanjang jalan masjid ini banyak berderet restoran halal dan berbagai food stall seperti  kebab, es krim Turki, dan makanan khas negara-negara muslim lainnya. Sejauh mata memandang terlihat restoran Turki, India, Malaysia, Timur Tengah hingga Mesir.

Restoran makanan khas Melayu dan Mesir
Restoran Turki.
Restoran India.

Di Itaweon ini juga banyak mahasiswa yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Maka tak heran jika kawasan ini sangat terasa familiar karena kental nuansa muslimnya. Mereka makan sendiri atau paling banyak berempat.

Para mahasiswa muslim yang banyak lalu lalang di kawasan Itaewon.

Memang, tidak seramai suasana di Indonesia, seperti berburu takjil jelang berbuka atau berbuka puasa serombongan. Namun, saya bisa merasakan suasana yang syahdu di sekitar Itaweon bahwa di kawasan ini cukup terasa sambutannya terhadap bulan Ramadhan.

Salah satu takjil di Itaweon, es krim Turki.

Seperti biasa, saya juga tergugah ingin merasakan suasana Ramadhan di negara asing lainnya. Penasaran bagaimana suasana Ramadhan di negara yang panjang durasi hingga matahari terbenam seperti di Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara lainnya. Semoga ada kesempatan lagi ya, Amin.

Islamic School di dalam kawasan Seoul Central Masjid.

Oh iya, saya ingin mengucapkan: Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan untuk semua pembaca everywheretowalk yang menjalankan. Meskipun bulan puasa tahun ini sangat terasa berbeda karena pandemik Covid-19, tetapi tetap semangat dan berbahagia ya! Semoga sehat selalu dan full menjalankan puasanya hingga di Hari Kemenangan nanti.

Published by Feni Saragih

Everywhere is my study field, everywhere is worth to walk.

Leave a comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: