Bisa dihitung jari, saya baru pernah nonton konser beberapa kali saja seumur hidup. Pertama kali waktu kuliah, namanya Symphonesia garapan anak-anak fakultas sebelah. Waktu itu lumayanlah akhirnya bisa nonton langsung Ecoutez, Efek Rumah Kaca, dan Glenn Fredly.
Terus baru-baru kerja berkesempatan nonton Konser Hillsong, 2 tahun berturut-turut. Harga tiketnya juga masih terjangkau, Rp100.000. Setelah itu, bertahun-tahun saya tidak terlalu tertarik dengan konser lagi. Langsung terbayang bagaimana masuk ke area konser macet dan mengantre panjang. Di dalam lokasi konser harus desak-desakan dan berdiri berjam-jam. Belum lagi pulangnya bisa antre berjam-jam. Paling naas, karena badan saya tidak begitu tinggi, saya sering kehalang orang-orang di depan saya.
Selain itu, harga tiket konser kadang di luar akal sehat saya. Meskipun saya sudah bekerja, tapi kadang masih sayang saja rasanya. Tapi dunia konser kembali ke kehidupan saya. Dimulai sejak tahun 2017 lalu. Awalnya saya hanya ingin bergabung bersama teman-teman yang ingin jalan-jalan ke Thailand. Fokus utama saya adalah di jalan-jalannya. Namun, karena saya diracuni oleh teman saya bahwa ada konser Coldplay di Bangkok juga saat itu. Saya memang penikmat Coldplay, jadi mulai goyahlah pertahanan saya. Waktu itu, harga tiketnya Rp1.000.000. Saya anggap saja ini sebagai reward kepada diri sendiri dan jarang-jarang juga bisa nonton konser Coldplay, karena mereka sangat selektif buat konser di Asia Tenggara. Belum tentu akan datang ke Indonesia.

Setidaknya, uang yang saya keluarkan sangat pantas! Saya mendapatkan pertunjukan yang luar biasa. Belasan lagu yang bisa saya nyanyikan dengan lepas bersama teman-teman. Belum lagi, tidak ada kelelahan yang berlebihan, karena kami nonton di stadium bola dan pengaturan penontonnya sangat profesional. Saya susah move on bahkan sampai seminggu setelah konser. Saya masih nonton video yang saya rekam berulang-ulang. Masih lihat foto-foto jepretan kamera hp. Masih bercerita dengan teman-teman tentang keseruan konser, dan banyak lagi.

Setelah itu, saya belum pernah nonton konser lagi, karena belum menemukan konser yang menurut saya pantas untuk dikucurkan dari uang tabungan. Setahun berlalu, tepat dengan pelaksanaan Asian Games 2018 di Jakarta. Waktu beberapa jam jelang pembukaan, saya dikabarin dapat tiket gratis untuk nonton langsung opening ceremony Asian Games di GBK. Saya kesal campur sedih, pasalnya lokasi saya di Bandung sementara saya harus ke Jakarta kalau menonton itu. Pemberitahuan mendadak ini sia-sia saja, karena durasi berangkat dari Bandung ke Jakarta, belum lagi macet menuju GBK, antre masuk stadion, sudah tidak masuk akal untuk dikejar. Saya akhirnya hanya menonton luar biasanya Tari Ratoe Jaroe dari TV di rumah. Untungnya nonton di NET TV, apalagi TV Samsung sudah FullHD, jadi suasananya terasa sekali dan cukuplah mengobati hati yang kecewa.
Tapi, kekecewaan ini akhirnya terobati sempurna karena satu hari jelang upcara penutupan Asian Games, saya dikabarin dapat tiket gratis nonton di GBK. Kali ini saya tentu tidak akan lewatkan begitu saja. Alhasil, saya bisa nonton Super Junior (waaa, Oppa kahirnya nonton performance kalian secara langsung di dunia nyata), Ikon, Lea Simanjuntak, Bams, Isyana, dan masih banyak lagi waktu itu. Lumayanlah, walaupun mereka terlihat sangat kecil saking luasnya GBK, hahaha.

Paling terbaru, hampir 2 tahun setelah nonton konser Asian Games, saya akhirnya bisa nonton konser lagi, Minggu 2 Februari 2020 di Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung. Kali ini berbeda, karena berupa festival musik. Apa sih bedanya? Di festival musik, tidak hanya 1 panggung yang tersedia, bahkan bisa sampai 4 panggung di lokasi yang sama. Ingin memaksimalkan konser, maka saya pun sudah membuat list siapa saja yang akan saya tonton dan di jam berapa.
Bahagianya, cuaca Bandung yang belakangan biasanya selalu hujan deras, seharian itu cerah. Bahkan saat senja, langit sangat cantik. Banyak sesama penonton konser yang foto-foto saking langitnya cantik. Berada di Bandara Husein cukup nostalgic bagi saya. Pasalnya, sejak mayoritas penerbangan banyak yang dipindahkan ke Bandara Kertajati, di Majalengka, saya dan keluarga jadi jarang ke Husein.

Hampir 12 jam berada di Playlist Love Festival sangat menyenangkan dan worth it. Mulai dari fasilitas kebutuhan dasar, misalnya toilet portable yang tersedia cukup banyak. Apalagi ada toilet khusus wanita yang disediakan oleh Protex sebagai salah satu sponsor. Jadi, para pengunjung wanita bisa lebih lega karena punya toilet khusus sendiri.

Untuk kebutuhan makan, ada banyak sekali gerai tersedia. Mulai makanan ringan sampai yang berat sekalipun. Saya sendiri makan ricebbowl isi cumi panggang saus jamur waktu itu. Enak sekali, apalagi memang sudah sangat lapar saking semangatnya nonton konser.
Untuk kebutuhan minum, sama juga, banyak gerai yang tersedia. Meskipun banyak gerai minuman hits seperti boba, tapi saran saya utamakan minum air mineral karena suasana konser biasanya sangat gerah dan butuh cairan banyak karena kita banyak bergerak dan bernyanyi juga, meskipun suara seadanya yang penting nyanyi sengan sepenuh jiwa raga, haha.

Alhasil, saya bisa menuyaksikan Maliq & d’Essentials, Jaz, The Overtune, Hivi, Naif, MYMP, Afgan, Raisa, Callum Scott, dan Agnez Monica. Tentu itu hanya sebagian penyanyi yang berhasil saya tonton, karena banyak yang bentrok dan saya pun tidak nonton sampai penutupan karena sudah sangat larut.

Beberapa yang paling berkesan bagi saya tentu saja MYMP dan Raisa. MYMP adalah band yang sangat dekat dengan saya saat era kuliah dulu. Meskipun saya terhitung telat tahu tentang MYMP, tapi lagunya selalu saya dengarkan setiap sendirian di kosan, saat di DAMRI dari Jatinangor ke Bandung atau sebaliknya, atau saat jalan kaki dari kampus ke kosan. Pokoknya, sangat berkesan. Nah, bisa menyaksikan langsung band ini tentu jadi pengalaman yang tak berkesan.

Sedangkan alasan utama saya semangat untuk ikut konser ini adalah Raisa. Saya belum pernah menonton Raisa secara langsung. Suara Raisa bisa dibilang sebagai masterpiece. Sangat khas, jernih, dan berpower. Bagian favorit saya adalah Could it Be, apalagi saat Raisa mengambil nada tertinggi di bagian akhir lagu. Selain itu, Raisa juga ternyata sangat komunikatif dan pintar menghibur penontonnya, baik yang laki-laki maupun perempuan.
Sepulang dari konser, sudah hampir tengah malam dan kaki pegal luar biasa. Tak hanya kaki, pinggang dan punggung cukup encok karena banyak berdiri seharian. Saya punya tips untuk yang satu ini. sesampainya di rumah, saya langsung masak air dan begitu mendidih, saya tuang ke sebuah ember dan campur dengan air dingin agar hangat-hangat kuku. Kemudian, saya masukkan garam laut ke dalam air hangat itu, dan rendamlah kaki sampai airnya dingin. Nyessss, enak, nyaman, dan pegal jadi hilang. Nah, agar tidur makin nenyak dan tidak gelisah karena capek, sengantuk apapun jangan lupa mandi pakai air hangat. Biar badan terasa seperti dipijat. Alhasil tidurpun nyenyak dan siap untuk bekerja besoknya.
Jadi, apakah saya akan menonton konser lagi? Tentu saja!